Oemah Cengloe


Derak kereta ekonomi membawaku menuju sebuah kota yang ingin kukunjungi sedari lama. jogja, mungkin bagi sebagian orang, rutenya telah hapal diluar kepala. jalan dari stasiun lempuyangan menuju malioboro, bukan hal yang membingungkan. tapi itu tak berlaku bagiku. buta jogja, itulah yang kualami. begitu pula dengan dua orang teman seperjalananku.

Untung saja, sebelum berangkat, ada seorang teman membuatkanku peta jogja, khususnya dari stasiun menuju malioboro. plus denah lokasi tempat-tempat yang ingin kukunjungi dan beberapa rekomendasi tempat makan murah.

Keluar dari stasiun lempuyangan, berbekal peta tulisan tangan tersebut, kami melangkahkan kaki. jalan kaki menjadi pilihan. alasan utamanya jelas menghemat uang mepet kami. ragu sempat membuncah, pasalnya jalan yang kami lalui tak sesuai dengan gambaran peta. namun berbekal sok tahu, kami terus saja melangkah hingga jalan malioboro kami temukan.

Sedari pagi tak makan, perut sudah menabuh irama keroncongan. setelah sedikit berputar dan tersesat di sebuah gang, kami temukan tempat makan hasil rekomendasi si pembuat peta. semangkuk soto membuat kami kembali mengisi persediaan energi. jalan kaki pun siap kami teruskan.

Di depan benteng vredenburg, kami temui enam buat patung dari batu marmer. kesemuanya kepala, tanpa tubuh. ukurannya besar, 180x700x100cm. judulnya melihat keroposnya tonggak bangsa. kesemua patung itu memang nampak keropos di beberapa bagian kepalanya. hmmm, sebuah kritik unik bagi bangsa, yang disampaikan dalam wujud seni rupa.

Ini bukan suatu hal tanpa makna. pasalnya ini merupakan bagian dari sebuah pameran seni rupa, yang digelar di taman budaya jogja. bertajuk jogja jamming "seni agawe sentosa", yang digarap oleh gerakan arsip seni rupa jogja.

Mempesona. menakjubkan. itulah kata-kata yang tergambar dalam pikiranku ketika melihat hasil karya yang dipamerkan di taman budaya. lukisan, foto, miniatur, patung, batik, dan lainnya. memang agak sulit untuk menceritakannya dalam deret kata. yang pasti banyak karya kreatif yang patut diacungi jempol.

Waktu yang sempit, membuatku tak bisa lama-lama mengaguminya. meski belum puas berkeliling, aku dan dua teman seperjalananku memutuskan untuk berburu buku. tak dinyana, kutemukan buku centhini, kekasih yang tersembunyi, karya elizabeth d.inandiak. buku ini langka di purwokerto. kata seorang temanku, buku itu kurang lebih seharga 84ribu. dan tahu berapa harganya di jogja? hanya 34ribu!

Setelah puas berburu buku, kami melangkah pulang menyusuri malioboro. ingin rasanya menikmati malam di malioboro, tapi sayang terbentur dengan kondisi keuangan kami yang mulai kembang kempis. meski tak lama, rasanya aku jatuh hati pada jogja. kamera yang kubawa, sedari tadi tak henti membidik. banyak hal menarik. bangunan, lanskap kota, juga human interestnya. sebuah padu padan memikat.tak sayang rasanya, hari ini kuhabiskan di jogja. (Nara)

Categories:

Leave a Reply