Oemah Cengloe

Teringat pada awal menjejakkan kaki di Purwokerto saya masih merasakan kesejukkan udaranya meski di siang hari. Pada jam setengah delapan pagi aku masih bisa menemukan kabut di depan jalan kosan saya. Akan tetapi sekarang hal itu sudah jarang sekali saya temukan, biasanya pada jam-jam pagi ketika saya keluar untuk ke warnet seberang kosan saya dan berjalan-jalan sebentar untuk menghirup udara dan merasakan kelembaban udara pagi hari. Sama seperti musim hujan kali ini namun bedanya sudah tidak ku temukan kembali keramahan embun dan kabut Purwokerto.


Saya berpikir dan membuat spekulasi sendiri. Perubahan yang terjadi pada udara di Purwokerto di picu oleh banyak hal, namun salah satunya adalah semakin banyaknya kendaraan yang melakukan aktivitas sepanjang hari. Hal itu saya rasakan betul. Dahulu saya masih sering masuk angin karena suhu udara di Purwokerto berbeda sekali dengan di Tegal. Akan tetapi sekarang justru saya lebih sering kena masuk angin di Tegal ketimbang di Purwokerto. Dahulu saya masih bisa iseng jalan di tengah jalan raya sesuka saya tanpa harus waspada ada kendaraan yang melintas seenaknya. Dibandingkan dengan sekarang bahkan jalan di bibir jalan rayapun harus ekstra waspada. Jalanan terasa semakin sempit.

Memang tidak bisa dipungkiri semakin banyaknya asap kendaraan yang berpotensi menimbulkan polusi membuat kerusakan lingkungan. kesadaran untuk melestarikan kesehatan lingkungan saya masih meragukan. Tuntutan aktivitas keseharian tidak bisa lepas dari laju kentut kendaraan. Apalagi kalo ada kendaraan yang knalpotnya sudah usang. Suaranya sudah tidak karuan, asapnya kehitaman dan pasti mengganggu pernafasan sekaligus mengganggu pertumbuhan tanaman.

Terlebih lagi orang-orang terlena dengan kemudahan. Contohnya saja beberapa teman saya atau mungkin justru banyak yang melakukannya. Jika akan membeli sesuatu ataupun membutuhkan sesuatu yang bisa di dapat hanya dengan berjalan kaki tidak sampai menghabiskan waktu 15 menit. Mereka langsung menggelayut dan mengendarai motornya, asap beterbangan kemana-mana.

Ayoo sama-sama belajar ramah terhadap tanaman dan lingkungan...









Efi Sofiana
Penulis adalah penggiat Teater SiAnak. Fisip. Unsoed

Categories:

Leave a Reply