Oemah Cengloe

Di lereng bukit, aku bersitatap dengan pohon-pohon pinus. Menjulang ke langit. Berjejer dengan rapi. Aku berjalan di antara mereka. Sambil sesekali mengamati kristalan getah yang tengah disadap, aku berjalan menuju sungai.

Kuniatkan hatiku untuk susur sungai. Mengikuti aliran air turun ke arah timur. Sesekali kulihat pipa-pipa centang-perentang ke arah rumah-rumah penduduk. Meski ada banyak rumah penduduk di sekitarnya, air sungai tetaplah jernih. Penduduk setempat tak hanya memanfaatkan, namun juga merawat. Ini bukti kecil bagaimana alam bisa hidup berdampingan dengan manusia. Aku seakan bisa merasakan aroma kenyamanan alam. Meski dalam diam.

Kucelupkan kakiku. Dingin terasa menusuk kaki telanjangku. Menapak di atas bebatuan licin. Dengan sesekali terjerembab ke dalam lumpur. Semakin berjalan ke timur, aku menemui aliran putih berbusa bernama deterjen, dengan sok kenal menjumpai aliran sungai. Ikan-ikan tampak gentayangan, berlari menjauh dari busa-busa nan mematikan.

Tak lama, ku temukan, plastik warna-warni menebar pesona pada aliran sungai. Tak mungkin sang sungai yang baik hati menolak. Dia membawa plastik warna-warni, larut dalam alirannya.

Semakin ke arah timur, semakin kutahu sungai ini terlalu baik hati. Dia mengajak serta sandal jepit lusuh, keranjang rotan rusak, dahan pisang busuk, hingga tumpukan plastik buruk rupa.

Namun mereka akhirnya harus berpisah. Sesampai bendungan, plastik dan sebangsanya, disaring. Dipaksa untuk tetap bertahan. Mereka saling bertumpuk, sambil mohon ijin kembali mengikuti aliran.

Bertumpuk. Menggunung berbagai rupa. Kujumpai berhari-hari, tak pernah gunungan itu berkurang. Malah semakin tinggi, dan terus bertambah tinggi. Alhasil, jebol sudah pertahanan si penyaring. Tak kuat menahan sampah yang menggunung.

Aku terhenyak. Merasa ada sesuatu yang tak beres. Aliran telah berubah, dari tenang, lalu mengganas. Sang sungai tengah gelisah. Aku seakan bisa merasakan aroma kemarahan, di tiap gelora alirannya. Manusia telah serakah. Dan kutahu sungai tak selamanya bisa baik hati.
****

Categories:

Leave a Reply