Oemah Cengloe

Ini era jejaring sosial. Era dimana segala hal bisa dibagikan kepada orang banyak. Entah itu penting atau remeh, baik atau buruk, lucu atau seram, absurd atau kongkrit, bahkan berbudi atau amoral. Semua dibagi, ditanggapi.

Contoh paling mudah, Facebook. Sebagai produsen segala hal bisa kita bagikan kepada banyak orang, lewat status, catatan, pesan, hingga apliasi tambahan lainnya.

Lalu sebagai konsumen, kita menanggapinya dengan cara memberi “si jempol”, berkomentar hingga meneruskan segala hal tersebut kepada lebih banyak orang.

Nyampah. Itu istilahnya. Tanpa peduli substansi sesungguhnya dari sesuatu yang dipublikasikan oleh seseorang, kita memberi tanggapan. Memenuhi ruang pemberitahuan sang publikator.

Ada yang menanggapi karena memang memiliki tanggapan, ada yang untuk “balas jasa” karena sebelumnya sudah menanggapi apa yang kita publikasikan, hingga menanggapi hanya untuk menarik perhatian sang publikator yang (kebetulan) cakep atau cantik.

Parahnya, ada pula yang memberi tanggapan karena “ditodong” terlebih dahulu oleh sang publikator dengan kalimat macam, “Komen statusku donk!” atau “Liat statusku yaaaa… terus jangan lupa komen+like =)”.

Kalau komentar, kita bisa menangkap dengan jelas maksud si penanggap. Begitu pula dengan meneruskan pada orang lain. Tapi kalau menyukai alias memberi jempol? Apa maknanya?

Seseorang memasang status, “I will do the best to better so I can get better than the best”. Saat kita memberi jempol, apa yang sebenarnya ada di pikiran kita? Setuju, satu pemikiran, menyenangi rangkaian kata-katanya atau bagaimana?

Lalu, status tentang berita duka cita. Memberi jempol apakah berarti kita turut merasakan duka cita? Atau jangan-jangan kita justru merasakan suka cita dari kematian orang tersebut?

Dinding dari seorang cowok kepada pacarnya, “I love you so much sayang =*”. Jempol itu bisa bermakna banyak. Mendukung si cowok untuk menyayangi pacarnya, sama-sama memiliki perasaan yang sama pada pacarnya sendiri atau menyayangi pacar si cowok.

Coba pasang sebuah tautan video porno yang tersamar dalam alamat www.nyamukkebon.com dan beri tambahan kalimat “klik yaa..”. Saat ada yang memberi jempol, tanyakan saja apa tujuan orang tersebut. Apakah mendukung orang untuk meng-klik tautan tersebut, menyukai aksi gila tautan atau parahnya menyukai video tersebut?

Teman lama di SMP memasang foto saat pakai bikini bersama dua orang sahabatnya di Pantai Lombok sebagai Foto Profil. Jempolmu berarti apa? Senang dengan pemandangan pantai eksotis di latar belakang, naksir salah satu model foto atau antusias melihat apa yang ada di sekitar bikini?

Saat di-skors karena membolos dan menuangkan kekesalan kita dalam catatan dengan judul “DASAR SEKOLAH SIALAN!!”, ternyata para jempol berdatangan menyesaki ruang pemberitahuan kita. Apa maksudnya?

Sama-sama memiliki perasaan kesal terhadap sekolah seperti kita, menyetujui keputusan sekolah untuk menghukum atau si pemilik jempol sedang tertawa terbahak-bahak mengetahui kita tengah ketiban sial?

Jempol adalah ibu jari. Dimanapun dan kapanpun, ibu selalu merujuk pada hal-hal yang baik. Memberi petunjuk tentang sesuatu yang benar dan menjauhkan dari keburukan. Sebuah pelita bagi jalan yang masih samar. Apakah itu juga definisi suka yang berlambang jempol pada facebook?

Danastri Arum Saraswati
* Pegiat Komunitas Lare Purwokerto

Categories:

Leave a Reply