Oemah Cengloe

Pernah ngeliat tembok yang berhiaskan kata-kata penuh warna dan seni di sudut-sudut kota Purwokerto kan. Yups. Seni jalanan yang bernama graffiti itu emang lagi berkembang di kota Purwokerto. Pelbagai tanggapan pun banyak dikeluarkan. Ada yang negatif, tapi ada pula yang positif.
Nah, buat kali ini, Cengloe berkesempatan ngobrol singkat sama Krisna Panji Kemala, salah satu punggawa Artmac, soal dunia graffiti, purwokerto, khususnya. Okeh. Ayo langsung aja kita simak obrolan singkat sama pria yang udah jadi bomber dari tahun 2007 ini.

Sebenernya graffiti itu kayak gimana sih?
Berbicara graffiti itu bicara soal Streetart. Sejarah graffiti itu di Amrik. Dilakukan oleh para gank. Mereka membuat penanda kalo itu wilayahnya. Bentuknya tagging. Kemudian tagging itu berevolusi. Makanya, akan ada suatu waktu dimana akan terjadi tumpuk-menumpuk gambar. Intinya eksisitensi diri.

Nah, kalo ngomongin soal graffiti di Purwokerto?
Sekarang, grafiti purwokerto lagi mati. Anak-anak lagi vakum.

Kalo soal vandalisme dalam grafiti?
Yah kalo vandalisme kita milih-milih. sekarang mambrah-mambrah ora genah. Kayak corat-coret STM, Geng Motor, nuwun sewune. Malah kayak gitu yang membikin bomber jadi vandalisme.

Oiya, kan ada sebagaian masyarakat yang menganggap kalo graffiti itu merusak keindahan kota, gimana tuh kalo kamu liat itu?
Para bomber (yang mbuat graffiti) kalo pengen nggabungin dengan tanggapan masyarakat nggak bakal gathuk. Paling para bomber mengakalinya dengan bentuk-bentuk graffiti yang lebih rapi. Kadang ada bomber yang nggambar di tembok-tembok yang kumel. Jadi ada estetikanya.

Tapi, beneran nggak sih merusak keindahan?
Bagi bomber ah nggak. Tembok yang kumal, di cet lagi terus digambar. Kadang ada yang pesan sosial juga. Dari pada kumel mending diapiki.

Pernah pengalaman dengan pihak berwajib gara-gara ngebom nggak?
Pernah aku dibawa ke Polres gara-gara ngebom di perempatan Palma. Padahal ada ijin dari yang punya rumah. Tapi, itu diributkan sama polisi. Sanksinya sih nggak berat. Intinya, minta duit.

Terakhir nih, sebagai bomber punya harapan dengan dunia graffiti Purwokerto nggak?
Pribadi aku sih, Purwokerto sendiri bisa kayak Jogja. Di sana graffiti dilegalkan. Aku pengen ada suatu space untuk mengapresiasikan graffiti. Di purwokerto nggak ada ruang publik. Kesadaran masyarakat sini emang belum menerima seni macam itu. Tapi, kalo nggak dimulai dari sekarang, kapan lagi. *immo*

Categories:

Leave a Reply