Oemah Cengloe

“Kamu suka masak. Kamu suka njahit juga. Dan sekarang, kamu nangis gara-gara nonton film drama? Oh, banci banget sih!”

Ah, apa salahnya sih, klo aku suka masak dan njahit? Itu cuman hobi! Nggak ada alasan khusus, sama kaya orang lain yang suka main bola atau main ps. Soal nangis, aku akui, aku memang sentimentil. Aku gampang terharu kalau liat penderitaan orang lain. Aku tipe orang yang sensitif dan melankolis. Tapi sebagai manusia, itu wajar kan?

Mungkin lain ceritanya kalau aku perempuan. Suka masak, menjahit, dan nangis, dianggap wajar kalau aku perempuan. Sedangkan aku laki-laki. Dan itu jadi masalah! Padahal aku bukan perempuan yang terjerat dalam tubuh laki-laki.

Ah, tapi tetep aja, semua orang nggak mau peduli. Mereka menganggapku aneh. Mereka menyebutku ‘cowo cemen’, bukan laki-laki sejati, bahkan ada yang nganggep aku homo. Hei, aku ini masih suka sama cewe kok. Memangnya laki-laki sejati kaya apa sih? Yang sukanya main bola, bisa berantem, dan nggak cengeng?

Whoi, yang namanya laki-laki dan perempuan itu cuma jenis kelamin alias seks. Main bola atau masak cuma kesukaan. Sedangkan melanlokis cuma sifat yang melekat di diri manusia. Apapun jenis kelaminnya. Capek rasanya, hidup di lingkungan orang-orang yang hobinya membeda-bedakan segala sesuatunya cuman berdasarkan jenis kelamin. Cuma karena aku seorang laki-laki. Bukan karena kemampuanku.


Nasibku tak jauh beda.
Ibu memaksaku menyukai boneka saat aku lebih menyukai mobil-mobilan. Ayah memaksaku memakai rok walaupun aku lebih suka celana.
Kakak mengajakku main masak-masakan, padahal aku lebih suka berantem-beranteman.
Nenek mengajariku menyulam, padahal aku lebih suka main gundu.

Arrghhh!! Aku benci jadi robot yang bisa dibentuk semau mereka. Aku memang perempuan. Tapi aku nggak mau jadi perempuan yang sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran mereka. Yang katanya harus lembut, pintar merawat diri, dan bla..bla..bla..bla..!! Ada segudang aturan bagaimana harusnya menjadi seorang perempuan sejati, yang membuat napasku tercekat.

Memangnya semua perempuan harus ahli dalam urusan dapur dan segala tetek bengek rumah tangga? Kata mereka, perempuan itu cukup mikir rumah dan keluarga, bukan urusan publik. Urusan luar rumah, cukup laki-laki aja.

Tapi percuma aku membantah omongan mereka padahal otakku kosong. Aku benamkan kepalaku ke dalam buku-buku. Akhirnya aku dapat pencerahan, kalau manusia nggak bisa dibedakan cuman berdasarkan jenis kelamin. Nah, sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya setempat, yang diberi nama gender. Jadi benar, kalau selama ini aku dibentuk sebagai perempuan sesuai keinginan masyarakat. Oh, payah!

Bedanya laki-laki dan perempuan itu, soal perbedaan organ tubuh khususnya organ reproduksi. Tapi soal kemampuan tetap saja punya kapasitas yang sama. Dan sayangnya selama ini, laki-laki seringkali dianggap lebih dibandingkan perempuan. Perempuan seringkali direndahkan dan dinomorduakan. Bahkan seringkali perempuan mendapat kekerasan. Ah, ini nggak adil! Aku harus menuntut kesetaraan. Aku tuntut persamaan hak, karena perempuan sudah dirugikan!

Hei, kata siapa cuman perempuan yang dirugikan? Aku, sebagai laki-laki pun dirugikan. Kalian pikir aku senang, selalu dianggap sebagai pihak yang kuat? Aku tak boleh kelihatan lemah. Sekali saja, aku terlihat lemah, mereka mengecamku. Oh!

Kaum perempuan teriakkan emansipasi, lalu apa yang harus aku teriakkan? Kebebasan! Kebebasan menjadi manusia, bukan dengan sifat bentukan!

Hmm…kebebasan ya?
Boleh juga. Tapi aku juga nggak mau terjebak dalam berbagai paham dan sudut pandang. Aku nggak mau jadi liberal, yang sebebas-bebasnya mengumbar keperempuananku sesuka hati. Aku nggak mau menjadi radikal hingga membenci laki-laki. Aku tahu, masyarakat kita terkungkung pada budaya patriarkhi yang lebih mengagungkan laki-laki. Tapi aku juga nggak mau jadi anarkhi, yang menghancurkan patriarkhi berarti menghancurkan negara.

Yang terbaik bagiku, aku bangga menjadi perempuan. Dan gini aja deh. Hai, laki-laki, aku menghargai kamu. Bukan hanya karena jenis kelaminmu, tapi karena kita sesama manusia. Oke?

Oke. Aku juga menghargai kamu kok. .NaRa.

Categories:

Leave a Reply