Oemah Cengloe

Malam ini, malam takbir. Aku masih sibuh membereskan alat makan berbuka puasa. Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Ada SMS masuk.

Setelah aku buka, ternyata dari Kak Erwin. Mantanku saat di SMP dulu, yang meminta untuk bertemu. Dia sudah di luar rumah ku. Aku keluar rumah. Setelah basa-basi, akhirnya Kak Erwin mengutarakan maksudnya.

"Tis, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata dia.

"Tis, sebenarnya, aku masih sayang banget sama kamu. Aku mau ungkapin ini dari dulu tapi aku malu. Kamu mau nggak balikan lagi sama aku?" sambung dia mengungkapkan perasaannya.

Aku bingung bercampur bahagia. Aku memang masih mengharapkan Kak Erwin. Aku pun menerima cintanya, lagi.

Satu bulan sudah hubungan kami berdua berjalan. Selama satu bulan itu, hubungan kami tiadk ada masalah apapun. Kami sering berangkat sekolah bersama, kami memang satu sekolah. Hanya saja, dia kakak kelasku.

Suatu hari, aku mendapat SMS dari Kak Erwin. Akan tetapi, SMS kali ini, berbeda dengan SMS yang biasanya. Dia menulis jadwal pelajaran kelasnya dan memanggil seseorang dengan sebutan "bunda".

Lalu, aku tanyakan SMS itu sama Kak Erwin. "Kak, maksunya apa kakak ngirim SMS kayak gini sama aku?" tanyaku.

"SMS apa?" dengan nada bingung Kak Erwin menjawab. "Kakak nggak usah pura-pura, ini apa?" kataku sambil memberikan hp padanya.

"Oh, maaf salah kirim. Itu buat teman sekelasku!" jawab dioa dengan santainya. "Tapi kenapa kakak panggil dia bunda? DIa siapanya kakak? jujur!" tanyaku penasaran.

"Bukan siapa-siapa kok, cuma teman. Kakak minta maaf ya? Udah nggak usah dipikir," jawabnya. "Kakak jangan bohong, jujur aja sama aku," aku mulau berkaca-kaca.

"Dibilang cuma teman, udahlah ngapain dipikir," kata dia sambil pergi.

Aku kembali ke rumah. Menangis sendiri di kamar. Akhirnya, aku putuskan untuk mengalah dan meminta maaf sama Kak erwin. Hubungan kami baik kembali.
***
Ujian nasional semakin dekat. Kak Erwin sibuk mempersiapkan diri mengahdapi UN. Aku coba memberi pengertian, dengan tidak menggangu konsentrasi belajarnya.

Tapi, pada suatu malam, Kak Erwin bilang, kalau dia ingin ketemu sama aku. Aku memintanya datang ke rumah.Tak ada perasaan curiga apapun. Saat Kak Erwin berdiam diri, aku malah semakin bingung.

"Ada apa kak? Kok dari tadi diam aja?" tanyaku mulai khawatir. Tetapi, dia tetap diam.

"Kakak kenapa? Jangan buat aku bingung dong kak? Sebenarnya ada apa?" aku bertanya untuk kesekian kalinya.

"Tis, jujur, aku sebenarnya aku ditembak sama cewek alin," katanya sedikit ketakutan. "Ditembak, sama siapa kak?" aku kaget.

"Sama Ani, teman sekelasku," jawabnya. Hatiku hancur berkeping. Seakan ada pedang yang menancap di hati. Tapi aku mencoba tegar dan kuat. Aku mencoba bersikap biasa di depan Kak Erwin.

"Ya udah, sekarang kakak mau pilih aku atau dia?" kataku memberi pilihan. "Aku tetap milih kamu lah, tenang aja," jawab dia. Aku sedikit lega mendengarnya.
***
Suatu hari di sekolah. Bel pulang berbunyi. Aku segera keluar ruangan. Saat aku menunggu salah satu teman, aku nggak sengaja melihat Kak erwin dan Ani sedang duduk berdua.

Aku mulai semakin yakin, mereka berdua punya hubungan spesial. Saat aku bertemu Kak Erwin, aku tak lagi bisa membendung air mata untuk kesekian kali.

"Aku minta maaf karena aku nggak bisa jadi yang terbaik buat kakak. Mungkin dia yang bisa membahagiakan kakak. Hubungan kita sampai di sini saja," tuturku sambil menangis.

"Tapi aku cuna sayang sama kau, aku nggak ada apa-apa sama Ani. Kami tega banget sih," jawab dia dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Maaf kak, tapi ini demi kebaikan kita," kataku.

"Ya udah kalau itu mau kamu. Aku terima. Aku minta maaf ya udah buat kamu terluka, Tapi asal kamu tau aku akan tetap sayang dan cinta sama kamu sampai kapanpun. Dan nggak akan pernah ada yang bisa gantikan kamu jadi cinta sejatiku," ujar dia mulai pasrah.

"Makasih ya kak. Udah mau sayang sama aku. Makasih juga udah pernah ada di hatiku," itulah kata terakhir yang aku ucapkan buat dia.

Siti Umi
XI A 1 SMAN 1 Bobotsari
Read More …

Asap mengepul dari kemenyan yang dibakar. Nyanyian sinden yang menghanyutkan. Serta calung berirama dengan gending mengalun melodi yang mistis. Berbaur pula dengan teriknya matahari.

Di lapangan hijau, arena pementasan, di ssitulah Jati melenggang dengan kuda anyaman. Tak sendirian. Ia datang ditemani kawan satu profesi. Puluhan penonton menyaksikannya. Sekilas, ada yang tampak gembira, takut tapi penasaran.

Salah satunya, Nayla, seorang gadis belia. Ia ingin tahu apa yang dinamakan kuda lumping. Ingin tau pula bagaimana permainannya. Ini baru pertama kali Nayla melihat langsung pentas kuda lumping.

Sebelumnya, Ia hanya tau dari cerita orang tua dan teman sekampungnya. Selain itu, ini juga kali pertama ada pementasan kuda lumping di desa Naylal.

"Wah, itu yang namanya kuda lumping? Hem, dandanannya seperti kostum pendekar jaman dulu ya," ucap Nayla pada Dimas, kakak laki-lakinya.

"Iya. Yang berbaju hitam adalah pawangnya, yang bertugas memasukan jin pada pemain. Nah, yang pegang kuda itu, pemain yang nantinya kesurupan," jelas Dimas. Nayla mengangguk.

Setelah tarian pemanasan, satu persatu pemain terjatuh. Tampak kaku badannya. Ini pertanda mantra pemanggil, berhasil. Penonton bersorak, teriak. Sedangkan yang lain, mundur perlahan.

Jati, pemain baru dan muda ikut kerasukan. Umurnya baru 11 tahun, namun mahir dalam pementasan ini. Gerakannya harmonis, seirama dengan gendang dan gong.

Makin lama, adegan tarian makin memuncak. satu persatu pemain melahap sesaji. Dau pepaya mentah, arang yang masih menyala, pecahan kaca, kelapa muda, dagung mentah, parfum dan bunga-bunga tergelar di depan penabuh.

Ketika Jati memakan pecahan kaca, bulu kuduk Nayla berdiri. Sebuah adegan yang mengerikan, tapi justru jadi daya tarik permainan kuda anyaman ini. Dulunya, permainan ini, memang berfungsi sebagai ucapan syukur pada leluhur. Tapi sekarang, berbeda. Sekarang hanya untuk hiburan.

"Nayla mau pulang saja kak," kata Nayla seraya mengajak kakaknya.

"Yah, de, sebentar lagi juga selesai. Lagian kita sulit keluar, karena kita dibarisan paling depan. Kamu takut yah? Hahaha...," Dimas meledek.

"Lah kak, bukannya takut. Tapi kasihan sama pemainnya. Ngapain coba, mau-maunya disuruh makan sesasi kayak gitu," ujar Nayla sambil pasang muka kesel plus dongkol. Bagi Nayla, mending kelaparan dari pada kerja kayak gitu. Dibuat kesurupan pula. Tapi, Dimas hanya membiarkan rengekan adiknya.

Pementasan kuda lumping selama lima jam, selesai. Nayla dan Dimas pun pulang. Di perjalanan, Nayla mengaku kecewa pada para pemain kuda lumping itu. Nayla menganggap, mereka melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan, karena makan kaca.

"Pemain itu bukan hanya meraup keuntungan uang. Walaupun dia butuh uang, tapi bisa saja dia melakukan hal tersebut karena dia ingin melakukannya, karena ingin mengembangkan bakatnya. Seharusnya, mereka diacungi jempol.

Baru 15 tahun tapi mampu menjalani hidup sebagai pemain kuda lumping. Padahal, usia segitu, gengsi dan rasa malu sangatlah besar. Tapi dia barani pentas. Masih muda sudah bisa melestarikan budaya Indonesia. Coba kalau tidak ada yang melestarikan, nanti bisa banyak negara lain yang mengklaimnya.

Maka itu, mari kita lestarikan budaya, selagi masih muda. Kan katanya pemuda itu penerus bangsa. Bukan begitu adikku tercantik," jelas Dimas panjang lebar.

"Hem, iya, iya, iya. Ternyata Nayla salah mengatakan selumnya," jawab Nayla sembari senyum. Keduanya sampai rumah. Nayla dapat pengalaman menarik, hari itu.

Dian Ayu Antika
XI A 3
Read More …

Ngomongin budaya, biasanya cuma seputaran "budaya kita yang wajib dijaga agar nggak dicuri bangsa lain". Nah, ayo kita coba cari sensasi lain. Kita kuak budaya yang ada di sekolah.

Ayo kita telanjangi satu demi satu (hwa!). Let's go....

Pertama yang bakal kita bedah, budaya menyontek. Mulai dari bikin prasasti di meja, bikin tato, bikin coretan di kertas atau hape, sampai aksi tengak-tengok. Itu beberapa bentuk budaya menyontek.

Budaya yang satu ini, bener-bener jadi soulmate-nya siswa. Meski dibenci, dinistakan, dan dilaknat. Toh, masih ada aja yang ngerasa hampa tanpa menyontek. Yah. Nyontek udah mendarah daging dalam kehidupan sekolah siswa.

Selanjutnya, budaya 3S alias senyum, sapa dan salam. Slogan ini emang lekat sama Smansabozz, tapi kok kayaknya slogan "resmi" itu hanya berlaku cuma pas MOS saja. Itupun karena tuntutan dari senior, bukan kesadaran. Kebanyakan kayak gitu.

Praktiknya, selama kurang lebih delapan jam di sekolah, jarang banget kan kita temui penerapan 3S itu. Padahal, senyum saja udah enak dipandang mata. 3S berlaku buat sesama yang kenal doank. Hmm.

Nah, ada lagi nih, budaya TP-TP. Budaya tebar pesona. Kalau budaya ini, lebih sering dipakai senior pas ada juniornya. Tapi, kadang ada juga yang sebaliknya. Malah, nggak sedikit kok. Biasanya, yang ngelakuin TP-TP ya orang yang butuh eksistensi.

Budaya "say-hello-nggak-etis-banget". Mudeng nggak? Begini. Kan kadang kalau ada kelas yang kosong, pasti ada aja anak yang berkeliaran. Nah, mereka itu sering say hello sama anak-anak yang lagi serius belajar.

Meski say hello-nya itu nggak penting banget, anak di dalam kelas, biasanya jadi ikutan geli sendiri, ndengerin kata-kata anak-anak kelas lain itu.

Yang terakhir, budaya nge-gank. Belakangan, banyak banget genk-genk bermunculan di sekolah. Malah kebanyakan, genk cewek. Genk itu isinya cuma narsis bin alay mulu. Banyak orang yang menilai, membikin genk malah kayak lagi anti sama sosialisasi sama orang luas.

Hm, mungkin itu budaya yang ada di sekolah. Tapi semua itu versiku loh. Sebenernya masih ada banyak, tapi itu dulu lah. Silahkan memilih mana yang mau dilestarikan dan disingkirkan.

Dan semua itu bisa dimulai dari 3M. Mulai dari diri sendiri, mulaid ari hal kecil dan mulai dari sekarang. (thx to Her Riyanto for your inspiration)

Bahiyatul Musfaidah
a.k.a Vaydha Ashdhifa
SMAN 1 Bobotsari
XI A 2

*) gambar diunduh dari google.com
Read More …

Dimasa sekarang, yang serba modern, kebudayaan makin sedikit yang memperdulikannya. Bahkan, hampir saja musnah. Kini, kebanyakan orang yang beranggapan budaya itu kuno, jadul dan norak.

Contohnya, para siswa yang enggan menggnakan bahasa daerahnya sendiri dengan baik, di kehidupan sehari-hari. Alasannya, "nggak gaul". Mereka malah memilih membudayakan bahasa asing. Bukankah itu hal yang aneh?

Contoh lainnya, penggunaan bahasa jawa di sekolah. Jarang sekali siswa yang bisa berbahasa jawa dengan baik dan benar. Boleh dibilang, mereka itu orang jawa yang kehilangan kejawaannya.

Dan juga, tari-tari jawa dan tradisional lainnya. Sekarang, sedikit sekali yang orang yang bisa memainkannya. Kebanyakan, terutama kaum mudanya, lebih mengenal gerak tari modern. Tak pernah berpikir soal bagaimana nantinya nasib kekhasan daerahnya. Apa tak malu?

Memang aneh, seharusnya, sebagai anak muda mau melestarikan peninggalan nenek moyang kita, agar tak punah. Bukan malah meninggalkan dan membiarkannya punah begitu saja.

Anak-anak muda zaman sekarang malah lebih memilih membudayakan budaya asing, yang gaul dan keren. Padahal, mereka bisa saja keliru.

Sudah sepantasnya kita membudayakan, melestarikan budaya kita agar tetap ada. Melakukan sesuatu agar budaya kita menjadi eksis di kalangan masyarakat luas.

Sehingga, akhirnya, semakin bnayak orang yang mengetahui budaya yang kita miliki. Rasanya, akan sangat membanggakan bila hal itu terjadi.

Astia Visti
SMAN 1 Bobotsari
XI A 2

*) gambar unduhan dari google.com
Read More …

Renungan arti hidup di malam hari
Ku rasa malam tak berujung
Gunung tak terdaki
Laut tak dapat disebrangi
Mekar bunga tak mewangi

Kala gelisah mengusik hati
Jiwa raga terasa rapuh
Hidup ini bagai debu tak terbawa angin
Bagai bunga tukik ditelan ombak
Bagai burung tanpa sayap

Rapuh, rapuh, rapuh
Itu yang kurasa
perih karena tak dianggap
Menyakitkan
Sungguh menyakitkan

Tugi Mujiati
SMAN 1 Bobotsari
XI A 3
Read More …

Indonesia....
Bertabur bunga dalam satu cinta
Terangkai kata dalam satu semboyan
Bhineka tunggal ika....

Ema Winduani
SMAN 1 Bobotsari
XI A 2
Read More …