Oemah Cengloe

Harian Pagi Malang Post Menggelar “Lomba Menulis Cerpen

Lomba dibagi dalam dua kategori:

1. Pelajar SMA/MA/SMK.
2. Mahasiswa dan masyarakat umum.

Ketentuan:

  1. Lomba ini terbuka untuk semua kalangan di seluruh Indonesia.
  2. Tema cerpen bebas.
  3. Karya cerpen belum pernah dimuat di media massa, belum pernah menang pada lomba lain, dan tidak sedang diikutkan pada lomba lain pada rentang waktu diadakannya lomba ini.
  4. Diketik di atas kertas ukuran A4, spasi 1,5, panjang 4-8 halaman.
  5. Tidak menuliskan identitas di lembar cerpen, identitas peserta ditulis di lembar tersendiri.
  6. Satu peserta hanya boleh mengikutkan satu judul cerpen.
  7. Tiap peserta membayar biaya pendaftaran Rp 20.000,- dan akan mendapat 1 eksemplar buku kumpulan cerpen Malang Post, Barisan Hujan. Khusus untuk kategori pelajar yang berdomisili di Kota Malang, gratis.
  8. Uang pendaftaran ditransfer ke PT Malang Post Cemerlang Rekening BCA Gatot Subroto No 400 310 3598.
  9. Naskah digandakan 3 rangkap dan dikirim via pos atau diantar langsung disertai bukti transfer asli (peserta membawa fotkopiannya) dan fotokopi indentitas ke harian Malang Post, Jl. Sriwijaya 1-9 Malang u.p. Anita D. Retnowati.
  10. Periode pengiriman naskah tanggal 1 Februari-20 April 2011.
  11. Pengumuman pemenang tanggal 7 Mei 2011 di Aula Perpustakaan Umum Kota Malang sekaligus peluncuran buku kumpulan cerpen Malang Post Barisan Hujan.
  12. Masing-masing kategori akan diambil 3 pemenang setelah sebelumnya dipilih 10 nominasi.

Hadiah

Kategor Pelajar
Juara I Trofi dan uang sebesar Rp 500.000,-
Juara II Trofi dan uang sebesar Rp 300.000,-
Juara III Trofi dan uang sebesar Rp 200.000,-

Kategori Mahasiswa dan Umum
Juara I Trofi dan uang sebesar Rp 750.000,-
Juara II Trofi dan uang sebesar Rp 500.000,-
Juara III Trofi dan uang sebesar Rp 350.000,-

Juri Tamu: Sakti Wibowo (Penulis, tinggal di Jakarta)

Untuk keterangan lebih lanjut bisa menghubungi Anita di (0341)7690074 atau Karkono 081 329 317 424.

Read More …

- Kelas Menulis Dibuka
BERDISKUSI: Sejumlah peserta Kelas Menulis sedang asyik berdiskusi soal problematika yang kerap dihadapi saat mau menulis. Peserta tidak cuma pelajar, tapi juga karyawan swasta, abdi negara dan dosen.

PURBALINGGA- Ruang yang representatif bagi kaum muda untuk terus berkarya di Kabupaten Purbalingga, dinilai masih minim. Imbasnya, banyak anak muda yang masih berperilaku negatif.
Penilaian tersebut dituturkan Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo leksono, saat pelaksanaan pertemuan perdana program Kelas Menulis di Bioskop Pojokan, Jumat (4/2). Kelas yang dihelat dengan berkerjasama dengan Komunitas Cengloe itu diikuti sekitar 20 peserta.
"Purbalingga tidak ada ruang, karena itu kita memanfaatkan ruang yang ada. Meski minimalis. Padahal, ruang untuk berkreasi bisa meminimalisir perilaku negatif anak muda," ujarnya.
Dikatakan, dengan mengesampingkan keterbatasan yang ada, program kelas menulis tersebut dibuat. Di kelas menulis tersebut, ujar Bowo, menjadi ajang belajar bersama bagi peserta, yang memang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, buruh, abdi negara hingga dosen.
Kelas tersebut dibikin agar mampu menjadi ruang penyemangat peserta untuk menggeluti dunia penulisan. Meskipun menulis bisa dilakukan secara personal, lanjut Bowo, peserta tetap membutuhkan waktu dan ruang guna berbagi pengalaman serta ide.
"Dengan banyak ngobrol, jadi banyak yang bisa dibahas dan bisa saling berbagi. Nanti, hasilnya akan sangat berbeda, jika dibanding hanya secara personal," ungkapnya.
Kelas di Bioskop Pojokan, Jl Achmad Nur Kauman (sisi barat pendapa bupati) Purbalingga itu, menurut pegiat Komunitas Cengloe Bangkit Wismo tidak melulu berbicara tentang teknis penulisan. Melainkan, juga terkait proses pemberdayaan.
Dituturkan, dalam proses pembelajaran di kelas menulis itu, peserta bukan hanya mendapatkan materi. Namun, juga bisa memberikan gagasan mengenai proses berjalannya kelas tersebut.
Milik Bersama
Teman-teman peserta, kata Bangkit, akan diajak untuk menuangkan ide yang dimiliknya. Dan ide itu tidak sebatas ide tulisan. "Karena konsep kelas menulis memang digarapkan bisa jadi milik semua peserta. Bukan hanya penyelenggara," jelas dia.
Selain itu, tambah Bangkit, kelas menulis yang digelar tanpa biaya sepeser pun itu, peserta juga diajak untuk mengembangkan jaringan. Pengembangan jaringan tersebut, dimulai dengan mendatangkan mentor-mentor yang berkompeten ke kelas tersebut. "Namun, karena mentor tidak hadir setiap pertemuan, maka itu peserta diharap aktif dalam kelas," ujarnya.
Salah satu mentor, Khadis menuturkan proses menulis adalah sebuah proses untuk lebih cerdas karena menjadikan penulis lebih peka. “Menulis bisa menggerakan semua sel di seluruh tubuh, terlebih menulis bukan hanya butuh kemampuan mengungkapkan kata. Tetapi juga butuh pergaulan dan ngobrol," tuturnya.
Pada pertemuan perdana tersebut, peserta banyak mengajukan pertanyaan mengenai problematika dalam menulis. Seperti tentang pilihan kata, cara mengawali menulis, inspirasi dan orisinalitas ide, mood, serta minimnya dukungan dari orang di sekitar.
"Orang tua tidak support kegiatan menulis, padahal menulisnya saat waktu senggang. Menulis dianggap tidak berguna dan buang-buang waktu," kata salah satu peserta, Silvy Septyani Gumelar.*immo*
Read More …